
Dampak Positif & Negatif Retail Therapy
Salam, komentar, request..

Dampak Positif & Negatif Retail Therapy
Article on radioguntur.com a Radio Online Bali and one fine Radio Online Indonesia.
DAMPAK POSITIF :
1. Membantu Mengatur Emosi dengan Retail Therapy
Retail therapy sering kali dianggap efektif untuk membantu mengatur emosi. Ketika seseorang merasa stres atau cemas, berbelanja dapat memberikan perasaan senang dan lega, yang pada akhirnya membantu mengurangi beban emosional.
Dalam jangka pendek, retail therapy dapat menjadi cara yang sehat untuk meredakan emosi yang membebani. Misalnya, ketika seseorang merasa kecewa atau sedih, membeli barang yang diinginkan dapat membawa kegembiraan.
Namun, perlu diingat bahwa retail therapy hanya efektif ketika dilakukan secara terkontrol. Jika tidak, retail therapy bisa menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan dan dalam jangka panjang dapat mengganggu kondisi keuangan Sobat.
2. Mendistraksi Kesedihan Jangka Pendek
Salah satu keuntungan retail therapy adalah kemampuannya untuk mendistraksi kesedihan dalam jangka pendek. Ketika seseorang mengalami masalah emosional, seperti putus cinta atau kehilangan seseorang yang disayang, kegiatan berbelanja dapat mengalihkan perhatian dari rasa sakit tersebut.
Retail therapy memungkinkan seseorang untuk memfokuskan pikirannya pada hal-hal lain yang lebih positif seperti berbelanja. Walaupun retail therapy tidak menyelesaikan masalah utama, distraksi yang ditimbulkan bisa memberikan ruang bagi seseorang untuk meredakan emosi.
3. Memberikan Kendali Pilihan Termasuk Rasa Puas Saat Berhemat
Retail therapy juga bisa memberikan rasa kendali yang lebih besar atas pilihan pribadi. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang seringkali dihadapkan pada situasi di luar kendali. Maka dari itu berbelanja bisa menjadi cara untuk merasa lebih berkuasa atas keputusan yang dibuatnya.
Memilih barang yang diinginkan dapat memberikan perasaan puas dan bahagia. Selain itu, ternyata retail therapy bisa memberikan rasa puas saat seseorang berhasil berhemat atau menemukan penawaran yang bagus. Membeli barang dengan harga diskon atau menggunakan kupon dapat memberikan kepuasan ekstra.
4. Memicu pelepasan hormon bahagia
Proses melihat, memilih, hingga akhirnya memutuskan untuk membeli suatu barang saat melakukan retail therapy dapat memicu pelepasan hormon endorfin dan dopamin, yaitu hormon yang menghilangkan rasa sakit dan memunculkan perasaan bahagia.
Sebenarnya, Anda tidak harus selalu membeli barang untuk mendapatkan efek tersebut. Bagi sebagian orang, melihat-lihat barang di etalase saja mungkin sudah bisa memperbaiki suasana hatinya.
DAMPAK NEGATIF :
1. Retail Therapy Mendorong Pembelian Impulsif
Salah satu kerugian utama dari retail therapy adalah mendorong pembelian impulsif. Ketika seseorang berbelanja untuk mengatasi emosi, mereka cenderung membuat keputusan yang tidak rasional. Hal ini sering kali mengakibatkan pembelian barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Ketika barang-barang tersebut tidak memberikan manfaat jangka panjang, maka uang yang dihabiskan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengontrol diri saat berbelanja sebagai bentuk retail therapy agar tidak jatuh ke dalam kebiasaan boros.
2. Retail Therapy Bisa Meningkatkan Kecemasan
Ironisnya, retail therapy yang seharusnya membantu mengurangi stres dapat justru meningkatkan kecemasan, terutama ketika masalah keuangan mulai timbul. Setelah menghabiskan uang lebih banyak dari yang seharusnya, mereka akan merasa khawatir tentang kemampuan untuk membayar tagihan atau memenuhi kebutuhan hidup lainnya.
Bagi mereka yang sering melakukan retail therapy tanpa memerhatikan batasan keuangan, perasaan cemas bisa muncul setelah berbelanja. Hal ini dapat menciptakan siklus negatif di mana seseorang menggunakan retail therapy untuk mengatasi stres, tapi kemudian mengalami lebih kecemasan akibat pemborosan uang.
Src. from treasury.id, alodokter.com
Mungkin kamu suka
Yang mungkin kamu [juga] suka
Warungkustik
shorts
Berita Musik terbaru
© 2019 radioguntur.com