
Intip Keunikan Desa-Desa di Bali Yukk!
Salam, komentar, request..

Intip Keunikan Desa-Desa di Bali Yukk!
Article on radioguntur.com a Radio Online Bali and one fine Radio Online Indonesia.
Bali yang dikenal dengan sebutan Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura, kental akan kebudayaan dan tradisi. Salah satu keunikan yang dimiliki Pulau Bali hingga memikat wisatawan adalah adanya beberapa desa unik di sana.Bahkan banyak desa tua di Bali yang masih melangsungkan tradisi-tradisi peninggalan nenek moyang hingga saat ini. Penasaran ada desa apa saja? Yukk simak dibawah ini!
1. Desa Penglipuran
Desa adat Panglipuran menjadi salah satu tempat wajib ketika berwisata di Bali. Desa ini sangat tenang dan nyaman. Dikutip dari laman Pemprov Bali, desa ini unik karena seluruh rumah yang ada di sini seragam bentuknya. Rumah-rumah ini bahkan saling terhubung dengan lorong. Lokasi desa berada di Kelurahan Kubu, Kabupaten Bangli, yakni di dataran tinggi sekitar kaki Gunung Batur. Tak heran udara di sini juga sejuk.
Nama Panglipuran diambil dari nama asalnya, yaitu Pengeling Pura. Maksudnya ialah tempat suci untuk mengenang para leluhur. Masih banyak aturan adat yang masih dijalankan warga, misal larangan pria memiliki istri lebih dari satu. Jika melanggar, warga tersebut akan dikucilkan di sebuah tempat bernama Karang Memadu. Jarak dari Denpasar ke Panglipuran sekitar 44 km atau dalam waktu 1 jam 20 menit. Sedangkan dari Ubud, jaraknya 25 km yang bisa ditempuh selama 1 jam. Sampai di lokasi, wisatawan harus memarkir kendaraan di lahan parkir. Wisatawan harus jalan kaki ketika di Desa Panglipuran.
2. Desa Tigawasa
Desa ini merupakan tempat tinggal masyarakat Bali Mula atau orang Bali asli. Mereka memiliki tradisi dan kebudayaan yang unik. Salah satunya, warga Tigawasa tidak mengenal Ngaben atau pembakaran mayat. Di sini, mayat akan dikubur dengan dibungkus kain batik. Tak hanya soal kebudayaannya, Desa Tigawasa memiliki pemandangan yang memesona. Detikers bisa melihat banyak perkebunan dan persawahan hijau yang membentang luas. Udara di sini sejuk kaena berada di ketinggian sekitar 500-700 meter.
Desa ini juga merupakan penghasil kopi robusta. Kalian bisa menikmatinya langsung dari kebun para petani. Dari sini, detikers bisa membeli kerajinan anyaman bambu yang bernama sokasi dan bedeg.
Wilayah desa ini masuk dalam Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Jarak dari Denpasar yakni 75 km yang ditempuh dalam waktu 2 jam 15 menit. Sedangkan dari Pelabuhan Gilimanuk, jaraknya 82 km dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 50 menit.
3. Desa Sidetapa
Desa Sidatapa masuk dalam wilayah Banjar, Buleleng, memiliki ketinggian 450 mdpl. Selain wisata alamnya memesona, desa ini memiliki kebudayaan yang masih kuat. Di sini terdapat rumah adat kuno Bale Gajah Tumpang Salu yang dibangun sejak sekitar 785 M. Rumah ini bangunannya membelakangi jalan. Temboknya terbuat dari tanah dan memiliki 12 tiang kayu sebagai penyangga.
Di desa ini, wisatawan dapat menyaksikan ritual adat dan tari-tarian khas Desa Sidatapa. Jika sudah berkeliling desa, mampirlah ke Air Terjun Mampah yang berada di tengah hutan dengan suasana masih alami. Desa ini berada 79 km dari Denpasar dengan waktu tempuh 2 jam 20 menit. Jika dari Pelabuhan Gilimanuk, jaraknya 76 km yang bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 40 menit.
4. Desa Tenganan
Desa Tenganan di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem ini dikenal kuat memegang awig-awig atau aturan adat yang sangat kuat. Salah satunya masih mempertahankan rumah dan adat dari nenek moyang. Awig-awig di desa ini sudah ada sejak abad ke-11 dan baru diperbarui pada 1842. Aturan unik lain adalah kerbau yang dilepaskan warga. Kerbau bahkan bebas masuk ke pekarangan rumah warga. Tiket masuk desa ini tidak dikenakan biaya, namun silakan memberi sumbangan seikhlasnya. Untuk sampai ke desa ini, pengunjung harus menempuh jarak sekitar 55 km dari Denpasar atau selama 1 jam 40 menit.
5. Desa Munggu
Tak terlalu jauh dari ibu kota Provinsi Bali, ada desa wisata yang masih memegang teguh aturan adat hingga kini. Desa tersebut adalah Munggu di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Dilansir dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, tradisi yang masih dilakukan adalah mekotek. Tradisi ini membentuk gunung atau piramida dari susunan tongkat panjang. Tradisi itu sebagai simbol kemenangan dan tolak bala.
Warga juga menjalankan tradisi melukat, yakni upacara pembersihan diri yang turun temurun dilaksanakan umat Hindu di Pulau Dewata. Desa Munggu juga dikenal dengan wisata kekinian, seperti bali swing, tubing dan olahraga air. Desa Munggu berada di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Letaknya sekitar 15 km sebelah barat dari Kota Denpasar, serta menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari Bandara Ngurah Rai
6. Desa Bayung Gede
Dilansir dari penelitian Universitas Udayana, Desa Bayung diisi masyarakat Bali Mula atau Bali asli dan Bali Aga atau Bali keturunan. Desa ini berada di dataran tinggi sejuk pegunungan Kintamani, yakni sekitar 900 mdpl.
Jarak Desa Bayung Gede dari Denpasar sekitar 52 km atau sekitar 1 jam 40 menit. Dilansir dari situs agen travel, mayoritas penduduk Bayung Gede hidup sebagai petani dengan hasil kebun jeruk, kopi berbagai jenis sayuran. Sebagai desa tua, Bayung Gede masih mempertahankan adatnya.
Beberapa tradisi yang masih dipertahankan, antara lain tidak mengenal catur kasta ataupun catur warna, sehingga tidak ada nama Ida Bagus, Anak Agung, I Gusti, I Dewa ataupun Cokorde. Kemudian adanya larangan poligami, atau akan mendapatkan sanksi diberhentikan hak-haknya jika tetap tinggal di desa tersebut. Selain itu, terdapat sebuah kebiasaan unik oleh masyarakat sana yang sangat menarik untuk dikupas, yaitu tradisi menggantung ari-ari di Setra Ari-Ari. Penggantungan ari-ari di pohon juga perwujudan dari ideologi Catur Sanak yang diyakini harus dikembalikan ke asal mereka, yaitu kayu.
7. Desa Kaliasem
Desa Kaliasem yang terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng memiliki keunikan tersendiri. Mereka masih melakukan tradisi Sampi Gerumbungan atau perlombaan sapi. Jika ada tradisi Makepung di Jembrana yang merupakan balap kerbau, maka Sampi Gerumbungan ini lebih pada kontes keindahan.
Dilansir dari penelitian di Universitas Pendidikan Ganesha, tradisi ini berawal dari para petani terdahulu. Mayoritas penduduk memang bekerja sebagai petani. Perlombaan ini diadakan paling tidak setahun sekali oleh Pemkab Buleleng. Untuk menuju Desa Kaliasem menempuh 80 km atau waktu perjalanan sekitar 2 jam 20 menit dari Denpasar. Sedangkan dari Pelabuhan Gilimanuk yang jaraknya 77 km dapat ditempuh sekitar 1 jam 40 menit.
8. Desa Kapal
Desa Kapal yang berada di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Desa ini juga menjadi incaran para wisatawan karena sarat akan budaya dan juga memiliki keunikan tersendiri. Ragam tradisi masih dilestarikan dan dijunjung tinggi oleh penduduk desa ini. Untuk itu, jika kamu berkunjung kesini, kemungkinan kamu bisa melihat salah satu tradisi yang sedang digelar oleh penduduknya, salah satunya adalah tradisi Aci Rah Pengangon atau tradisi perang Tipat – Bantal. Tradisi perang Tipat- Bantal ini biasanya dilaksanakan sekitar bulan September hingga Oktober setiap purnama kapat atau bulan purnama keempat dalam penanggalan Bali.
Selain ragam tradisi yang menarik perhatian, desa adat di Bali yang satu ini juga memiliki sebuah Pura yang cukup terkenal yaitu Pura Sada. Pura ini berlokasi di sekitar pemukiman penduduk dan dipercaya sebagai salah satu pura tertua yang konon dibangun di kisaran tahun 830 Masehi. Nggak cuma itu guys, tentunya kamu juga akan disuguhi oleh pemandangan khas pedesaan yang sangat indah yang mempu menyegarkan mata. Hal ini dikarenakan kawasan Desa Kapal tidak sepadat kota sehingga menghadirkan suasana yang tenang dan damai.
9. Desa Nyuh Kuning
Desa Nyuh Kuning juga menjadi salah satu desa adat di Bali yang nggak boleh dilewatkan. Desa Nyuh Kuning berada di Jalan Raya Nyuh Kuning, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar. Wisatawan tertarik berkunjung ke desa ini karena adanya budaya dan adat penduduk yang masih tradisional dan tak tersentuh oleh modernisasi. Desa Nyuh Kuning ini dibangun menggunakan konsep Tri Hita Karana, yaitu menjaga keselarasan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam, manusia dengan sesama manusia dan juga antara manusia dengan Tuhan. Pariwisata yang disuguhkan oleh desa ini cenderung mengadopsi budaya lokal dan alami tanpa sentuhan modernisasi.
10. Desa Trunyan
Seperti Desa Tigawasa, warga di Desa Trunyan termasuk masyarakat Bali Mula atau orang Bali asli. Dilansir dari penelitian Universitas Udayana, salah satu tradisinya ialah mengubur jenazah dengan dibungkus kain batik, bukan dengan upacara Ngaben seperti daerah Bali lainnya. Saat di kuburan, hanya laki-laki yang boleh masuk. Kuburan tua desa tersebut hanya diperuntukkan orang dewasa yang memang sudah waktunya meninggal. Selain itu ada kuburan khusus anak dan kuburan untuk orang yang meninggal tidak wajar.
Kuburan ini pun menjadi salah satu daya tarik wisatawan. Banyak wisatawan yang ingin berfoto bersama tengkorak-tengkorak. Jika ingin ke sana, Anda sebaiknya menggunakan pemandu wisata lokal. Untuk menuju kuburan tersebut, warga maupun wisatawan harus menggunakan perahu. Namun demikian, Desa Trunyan juga terkenal dengan wisata alamnya, seperti camping ground dengan menikmati panorama Danau Batur yang sangat cantik. Desa Trunyan berada di kawasan Danau Batur, tepatnya di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Jarak dari Denpasar yakni sekitar 70 km dengan waktu tempuh sekitar 2 jam 15 menit.
Sederet keunikan desa – desa tersebut, membuat pulau Bali selalu bisa menjadi pulau yang memberikan pesona dan keindahan. Nahh, menurut kamu, desa mana nihh yang punya keunikan yang paling unik? Dan setelah mengetahui keunikan tersebut, apakah ada keinginan untuk berkunjung ke salah satu desa diatas? Nantikan artikel menarik lainnya hanya di radioguntur.com.
Sumber : detik.com, topijelajah.com.
Src. from detik.com
Mungkin kamu suka
Yang mungkin kamu [juga] suka
Warungkustik
shorts
Berita Musik terbaru
© 2019 radioguntur.com